cortezia

daily-fps.org – Di dunia esports, kisah underdog selalu jadi magnet. Begitu juga cerita Gabriel “cortezia” Cortez, pemain muda MIBR yang kini jadi sorotan setelah membawa timnya ke Playoffs VALORANT Champions 2025.

Kalau dipikir-pikir, siapa sangka tim yang sepanjang tahun dianggap underdog, bahkan sempat mengalami losing streak panjang, kini berdiri sebagai satu-satunya wakil Brasil di turnamen terbesar Valorant dunia. Dan di balik kebangkitan itu, ada energi, keyakinan, dan karakter besar dari seorang cortezia.


Awal Perjalanan: Dari Ragu ke Percaya

Cortezia mengakui, saat pertama kali gabung MIBR, dia belum sepenuhnya yakin apakah bisa sampai sejauh ini. Dengan gabungnya nama besar seperti aspas dan hadirnya coach fRoD, ekspektasi tinggi, tapi jalan menuju panggung dunia tidaklah mudah.

“Saya punya keraguan. Akan ke Masters nggak ya? Bisa sampai Champions nggak ya? Tapi Tuhan kasih jalannya, dan sekarang saya ada di sini,” ucapnya.

Perjalanan ini bukan sekadar soal strategi dan latihan, tapi juga soal mental. Menurutnya, tim MIBR sekarang adalah versi terkuat sepanjang tahun. Mereka belajar dari kegagalan Stage 2, memperbaiki diri lewat bootcamp di Eropa, dan kini tampil lebih percaya diri.


Filosofi “Versi Lebih Baik”

Dalam wawancara, cortezia menekankan bahwa dirinya tidak pernah puas.

“Saya mungkin lebih baik dibanding saat lawan FNATIC, tapi tujuan saya selalu jadi versi yang lebih baik dari kemarin,” katanya.

Filosofi ini menular ke tim. Setiap hari, targetnya sederhana: bangun, latihan, dan pulang sebagai tim yang lebih kuat dibanding kemarin. Mentalitas itu yang membuat MIBR bisa bangkit dari keterpurukan dan lolos ke playoff.


Energi & Karisma: Sumber Semangat MIBR

Satu hal yang menonjol dari cortezia adalah energi di atas panggung. Meski sempat sakit tenggorokan dan harus menghemat suara, dia tetap jadi motor penyemangat tim.

Dia cerita, kalau biasanya dia yang teriak, kali ini artzin mengambil alih peran itu. Menurutnya, melihat ke kiri dan kanan, menyadari bermain bersama orang-orang hebat, itu sendiri sudah cukup jadi bahan bakar energinya.


Dari Underdog ke Rasa Percaya Diri

Sepanjang tahun, MIBR sering diremehkan. Banyak yang menjagokan BLG atau FNATIC ketika berhadapan dengan mereka. Tapi justru itulah bahan bakar.

“Saya paham kenapa kami dianggap underdog. Stage 2 buruk, Masters Toronto juga. Tapi kami di sini untuk membalikkan anggapan itu,” tegas cortezia.

Kini, setelah masuk playoff, MIBR tidak hanya membawa nama tim. Karena mereka satu-satunya wakil Brasil, cortezia bilang, “Kami bukan lagi MIBR. Kami Brasil.”


Representasi Brasil: Lebih dari Sekadar Game

Ada kebanggaan tersendiri buat cortezia bisa mewakili Brasil di turnamen dunia.

“Brasil belakangan sulit di scene FPS. Saya ingin bawa kebahagiaan ke fans, keluarga, bahkan negara saya,” ujarnya.

Esports di Brasil memang selalu emosional. Fans sering fanatik, bahkan antar organisasi bisa saling bersaing. Tapi kali ini, karena hanya ada MIBR, semua mata Brasil tertuju pada mereka. Cortezia ingin menjadikan momen ini bukan sekadar turnamen, tapi juga pengingat bahwa Brasil masih bisa berbicara banyak di FPS.


Keluarga: Sumber Energi yang Tak Terlihat

Meski keluarga tidak bisa hadir langsung di Paris, cortezia merasa mereka tetap dekat. Dia teringat momen Stage 1 di Amerika, saat ayah, ibu, dan pacarnya datang mendukung.

“Ayah saya teriak keras di rumah saat nonton. Rasanya energi itu sampai ke saya walau jarak jauh,” katanya.

Dukungan keluarga memberinya ketenangan. Setelah setiap kemenangan, dia membayangkan memeluk orang-orang tersayang di tribun. Itu jadi alasan dia terus bermain dengan hati.


Target: Dari Playoffs ke Gelar Juara

Ambisi cortezia tidak berhenti di playoff. Ia percaya, MIBR bisa melangkah lebih jauh.

“Di atas kertas, mungkin ada tim lebih kuat. Tapi dalam 13 ronde, kertas itu nggak ada artinya. Kami punya level untuk juara,” katanya.

Baginya, setiap kesalahan lawan bisa jadi peluang. Mental untuk menghukum kesalahan kecil sudah jadi identitas MIBR. Meski sadar tantangannya berat—karena hanya tersisa delapan tim terbaik dunia—dia yakin mereka punya kapasitas bersaing.


Lawan Pertama: Team Heretics

Di babak playoff, MIBR akan langsung berhadapan dengan Team Heretics. Cortezia mengaku ini pertama kalinya dia melawan mereka, tapi dia tidak gentar.

“Saya bahkan sering nggak peduli siapa lawan sampai match dimulai. Fokus saya ke tim sendiri. Kami respek sama mereka, tapi percaya diri dengan permainan kami,” jelasnya.

Fokus pada internal tim, menurutnya, adalah kunci konsistensi MIBR sepanjang turnamen ini.


Sorotan: Pemain Baru, Harapan Baru

Musim 2025 ini adalah debut cortezia di VCT Tier 1. Banyak yang tak menyangka, dalam tahun pertama, ia sudah main di dua panggung internasional (Masters & Champions) dan langsung dikenal sebagai salah satu Sentinel terbaik di VCT Americas.

Perjalanannya cepat, tapi bukan berarti instan. Kerja keras, disiplin, dan dorongan dari tim membuatnya berkembang pesat. Tak heran, namanya kini mulai diperhitungkan di level dunia.


Pesan untuk Fans

Di akhir wawancara, cortezia memberikan pesan tulus untuk fans:

“Untuk yang percaya sejak awal, terima kasih. Untuk yang baru percaya lagi sekarang, nggak masalah, ayo lanjut percaya. Percaya pada MIBR, percaya pada Brasil. Kami masih punya banyak hal untuk ditunjukkan,” katanya.

Pesan sederhana, tapi penuh makna. Ia paham fans sempat kecewa saat MIBR gagal di Stage 2. Tapi kini, dia ingin semua kembali bersatu mendukung.


Analisis: Apa Artinya Buat Esports Brasil?

Kehadiran cortezia sebagai wajah baru membawa harapan bagi skena esports Brasil. Selama ini, Brasil dikenal lewat nama besar seperti LOUD yang juara 2022. Tapi setelah itu, prestasi menurun.

Dengan MIBR di Champions 2025, Brasil punya kesempatan membuktikan lagi kekuatan mereka di FPS. Kalau dipikir-pikir, bukan hanya soal hasil, tapi juga soal narasi: dari diremehkan jadi pembuktian. Dan cortezia berdiri di tengah cerita itu.


Opini: Mengapa Cortezia Bisa Jadi Ikon Baru

Menurut gue pribadi, cortezia punya semua elemen untuk jadi ikon:

  1. Kualitas individu → Sentinel yang diakui, berkembang pesat di tahun pertama.

  2. Kharisma panggung → Energi yang menular, membuat tim lebih hidup.

  3. Koneksi fans → Jujur soal perjuangan, dekat dengan keluarga, mewakili Brasil dengan hati.

  4. Mentalitas juara → Selalu bilang bisa lebih baik, tidak takut lawan siapa pun.

Kalau MIBR berhasil melangkah jauh, nama cortezia bisa sejajar dengan ikon-ikon esports Brasil sebelumnya.


Kisah MIBR cortezia adalah kisah underdog klasik: dari ragu, diremehkan, hingga akhirnya jadi harapan Brasil di panggung dunia. Dengan filosofi “selalu jadi versi lebih baik,” energi yang menular, dukungan keluarga, dan fokus penuh ke tim, ia telah mengubah narasi MIBR dari tim yang nyaris tak dihitung menjadi salah satu kontestan paling berbahaya di Champions 2025.

Fans Brasil kini punya alasan untuk bermimpi lagi. Karena di balik layar, cortezia sudah berjanji: ia akan berjuang membuat semua bangga.