furia

daily-fps.org – Delapan tahun. Itulah waktu yang dibutuhkan organisasi asal Brasil, FURIA, untuk mengangkat trofi besar pertamanya di panggung internasional. Semua terbayar di ajang FISSURE Playground 2, setelah mereka menundukkan tim peringkat #1 dunia, The MongolZ, dengan skor dramatis 3-2 di Belgrade Arena.

Buat FURIA, ini lebih dari sekadar kemenangan. Dari 38 kali percobaan masuk turnamen besar, mereka baru sekali mencapai final — di ECS Season 7, 2019. Kini sejarah berubah: mereka resmi jadi juara.


Perjalanan di Turnamen: Dari Awal Pincang ke Puncak

Menariknya, perjalanan FURIA di Playground 2 tidak mulus. Hasil tiap match mereka:

  • 13/09/2025: FURIA 2-1 Liquid

  • 14/09/2025: FURIA 2-0 G2

  • 15/09/2025: FURIA 0-2 Aurora

  • 16/09/2025: FURIA 2-0 paiN

  • 19/09/2025: FURIA 2-0 Astralis

  • 20/09/2025: FURIA 2-0 Falcons

  • 21/09/2025: FURIA 3-2 MongolZ (Grand Final)

Kekalahan dari Aurora sempat bikin publik ragu. Tapi sejak itu, FURIA tampil konsisten, bahkan menggilas Falcons yang notabene tim favorit tuan rumah.


Drama 5 Map, Enam Jam Penuh Tegangan

Grand Final melawan The MongolZ berjalan nyaris enam jam. Lima map, empat di antaranya ketat hingga overtime.

  • Map 1 (Mirage): FURIA menang 16-13 setelah aksi heroik molodoy dan YEKINDAR di overtime.

  • Map 2 (Inferno): MongolZ balas 16-11 lewat performa monster Senzu (137 ADR, pistol ace).

  • Map 3 (Nuke): FURIA unggul 16-12, meski MongolZ sempat comeback dramatis.

  • Map 4 (Overpass): MongolZ menang 13-9, forcing map penentuan.

  • Map 5 (Dust2): FURIA tutup seri dengan dominasi 13-5, pertahanan CT flawless.

Momen kunci? Clutch 1v2 dari YEKINDAR, ace pistol Senzu, hingga performa dingin KSCERATO yang tetap konsisten walau timnya ditekan.


Molodoy, MVP & Rookie of the Year

Bintang baru Kazakhstan, Danil “molodoy” Golubenko, jadi penentu. Statistiknya: 99-71 K/D, 1.26 rating, plus gelar MVP turnamen.

Banyak fans bahkan menyebutnya layak Rookie of the Year, menyusul kiprahnya yang impresif sejak masuk FURIA lima bulan lalu. “Molodoy humble M0nesy,” tulis fans di forum.


YEKINDAR Bangkit Lagi

Nama lain yang bersinar adalah Mareks “YEKINDAR” Gaļinskis. Setelah masa suram di Liquid, ia seakan terlahir kembali. Statistik finalnya: 97-81 K/D, 1.26 rating. Banyak analis menilai performa ini “mirip era puncak VP bersama Jame dulu.”


FalleN Masih Jadi Profesor

Meski statistiknya tidak setajam rekan setim, Gabriel “FalleN” Toledo tetap punya momen clutch penting, terutama di map Nuke. Bagi fans Brasil, kehadirannya adalah simbol — Presente Professor! jadi chant yang terus bergema di arena maupun forum online.


Reaksi Komunitas: Euforia Brasil, Respek Global

Timeline komunitas CS2 meledak. Fans Brasil bersorak dengan “VAMOOOO” dan “PRESENTE PROFESSOR”. Ada juga komentar sarkastik dari fans rival yang menyebut ini “Tier 1.5 event”. Tapi mayoritas sepakat: performa FURIA layak juara.

Beberapa komentar menarik:

  • “7 tahun 9 bulan 11 hari sejak Brasil terakhir kali menang Big Event (EPL 6, 2017).”

  • “Molodoy = MVP of the season + Rookie of the Year.”

  • “YEKINDAR IS BACK.”


Brasil Bangkit Lagi

Kemenangan ini bukan cuma soal satu trofi. Buat Brasil, ini penegasan bahwa mereka masih bisa bersaing di level tertinggi. Terakhir kali organisasi Brasil juara event besar adalah MIBR, DreamHack Winter 2007 — hampir 18 tahun lalu.

Dengan kombinasi darah baru (molodoy, YEKINDAR) dan veteran (FalleN, KSCERATO, yuurih), FURIA kini dianggap punya pondasi untuk era baru.


Apa yang Membuat FURIA Menang?

  1. Internasionalisasi Lineup: Keputusan merekrut pemain non-Brasil terbukti tepat. Molodoy & YEKINDAR bawa gaya agresif yang seimbang.

  2. Mentalitas Clutch: Dari Mirage sampai Dust2, FURIA selalu unggul di momen krusial.

  3. Konsistensi Core Brasil: KSCERATO & yuurih tetap solid meski spotlight direbut rekan baru.

  4. Leadership FalleN: Walau bukan mesin frag lagi, experience FalleN jadi penentu di momen chaos.


Era Baru atau Sekadar Satu Trofi?

Menurut gue, kemenangan ini bisa jadi titik balik. Tapi PR FURIA masih banyak: menjaga konsistensi di event major (PGL Bucharest, IEM Chengdu). Kalau performa mereka stabil, bukan tidak mungkin kita akan melihat “era kecil Brasil” kembali.

Buat MongolZ, kekalahan ini pahit tapi tetap menunjukkan mereka top team Asia. Tiga kali masuk final tahun ini adalah pencapaian luar biasa.


Rangkuman Natural

FURIA, FISSURE Playground 2 jadi cerita kebangkitan. Dari penantian panjang, mereka akhirnya meraih trofi besar pertamanya. Molodoy bersinar, YEKINDAR bangkit, FalleN masih jadi ikon. Komunitas heboh, fans Brasil larut dalam euforia, dan dunia esports kembali menoleh ke Brasil.

Kalau dipikir-pikir, kemenangan ini bukan akhir, tapi awal perjalanan baru. Pertanyaannya: apakah FURIA bisa mempertahankan momentumnya di Major berikutnya?